Ethiopia dan UE menandatangani kesepakatan bantuan keuangan senilai €650 juta

Mogadishu, Somalia

Ethiopia dan Uni Eropa menandatangani perjanjian bantuan keuangan senilai 650 juta euro ($680 juta) pada hari Selasa.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Menteri Keuangan Ethiopia Ahmed Shide dan Komisaris Eropa untuk Kemitraan Internasional Jutta Urbilainen di hadapan duta besar negara-negara anggota UE yang berbasis di ibu kota Addis Ababa.

Hal ini bertujuan untuk mencapai pertumbuhan hijau, pembangunan manusia yang inklusif dan membangun pemerintahan dan perdamaian di negara ini.

Urbilainen mengatakan dalam sebuah pernyataan di X bahwa rencana indikatif multi-tahunan menunjukkan kesediaan UE untuk membantu Ethiopia pulih dari konflik dan mempercepat upaya pembangunannya.

Dia berada di Addis Ababa dalam kunjungan kerja resmi ke Ethiopia.

Proyek ini akan dilaksanakan di Ethiopia dari tahun 2024 hingga 2027.

“Prioritas program multi-tahun senilai €650 juta untuk Ethiopia adalah pertumbuhan ramah lingkungan, pembangunan manusia yang inklusif, tata kelola dan pembangunan perdamaian. “Harus ada dialog kebijakan yang serius dengan pemerintah melalui kerja sama di bidang-bidang penting ini,” kata Urbilainen dalam sebuah pernyataan.

Ia mengatakan Tanduk Afrika memiliki potensi besar bagi pembangunan Afrika, dan untuk meningkatkan integrasi ekonomi, “diperlukan investasi berkualitas yang diterapkan secara kuat dalam konektivitas dan kohesi sosial”.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Ethiopia setelah Shide dan Urpilainen bertemu di sela-sela pertemuan tingkat menteri Inisiatif Tanduk Afrika, dia menjelaskan situasi sosial ekonomi dan politik saat ini di Ethiopia.

Perjanjian tersebut dicapai ketika negara tersebut menghadapi berbagai tantangan, termasuk wabah kolera dan masuknya pengungsi dari Sudan.

Meskipun konflik Tigray telah berakhir dan pemerintah Ethiopia serta Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menandatangani perjanjian gencatan senjata di Pretoria pada November 2022, kerusuhan baru telah muncul di wilayah Amhara.

READ  'Aku tidak mempunyai cetakan selain sepatuku sendiri'

Perjanjian Pretoria mengakhiri salah satu konflik paling mematikan di abad ke-21, yang menghancurkan banyak keluarga, menewaskan ratusan ribu orang, dan membuat jutaan orang mengungsi.

PBB merilisnya akhir tahun lalu. Laporan tersebut menyebutkan jumlah pengungsi mencapai 2,75 juta, dengan 12,5 juta anak-anak dikatakan membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak.

Situs Anadolu Agency hanya memuat sebagian dari berita yang disampaikan kepada pelanggan AA News Broadcasting System (HAS) dan berbentuk singkatan. Hubungi kami untuk opsi berlangganan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *