Kota Shekhar yang baru dibentuk melanggar hukum hak asasi manusia: Laporan | Reporter

Komisi menuduh wilayah Oromia penggusuran paksa, pembongkaran

Sebuah laporan baru oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia (EHRC) menunjukkan bahwa penghancuran besar-besaran dan penggusuran paksa di kota Shekhar yang baru dibentuk adalah ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional dan hak asasi manusia. Pencabutan paksa adalah krisis kemanusiaan dan menjadi masalah keamanan.

Dalam laporannya tertanggal 31 Maret 2023, komisi tersebut menegaskan bahwa penghancuran yang sedang berlangsung dan penggusuran paksa di kota yang baru dibentuk itu melanggar undang-undang yang diberlakukan oleh pemerintah federal dan daerah Oromia.

– Iklan –

Kota ini terletak di jantung Addis Ababa, ibu kota negara bagian Oromia. Akibatnya, pinggiran kota Addis Ababa kini berada di bawah administrasi kota baru.

Negara bagian Oromia sejak itu mulai menghancurkan rumah dan bisnis yang dekat dengan ibu kota, Addis Ababa.

Komisi mengeluarkan laporan tersebut setelah menilai daerah yang terkena dampak sebagai tanggapan atas keluhan dari warga yang terusir.

Menurut laporan EHRC, rumah dan properti yang dihancurkan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori. Kategori pertama mencakup kategori yang berusia minimal sepuluh tahun dan memenuhi semua persyaratan hukum. Pemilik rumah kategori kedua juga memenuhi persyaratan hukum sampai batas tertentu, sedangkan pemilik rumah kategori ketiga telah memperoleh propertinya secara ilegal.

Pemilik dalam kategori pertama dan kedua, menurut laporan tersebut, mungkin memiliki akta kepemilikan yang sah dan memenuhi syarat untuk semua bentuk kompensasi dan perumahan alternatif. Selain itu, komisi tersebut mengatakan bahwa negara bagian dapat menggusur rumah tanpa pemberitahuan sebelumnya. Pemerintah juga telah gagal untuk berkonsultasi dengan publik mengenai hal ini.

Khususnya di lingkungan Lebu Teklehaimanot, rumah-rumah penduduk dibongkar sementara sebagian besar warga sedang bekerja.

READ  Lagos Leather Fair akan meluncurkan Program Akselerator Pengembalian untuk edisi 2023

Di sisi lain, rumah-rumah milik beberapa kelompok etnis sengaja tidak dirusak, sedangkan rumah-rumah milik kelompok etnis lain menjadi sasaran. Menurut penilaian EHRC, pola eksklusi selektif ini sangat lazim di Lege Tafo.

Brightman Gebremichael, Direktur Sosial dan Ekonomi EHRC, berkata, “Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengekang kepemilikan rumah ilegal. Namun, pembongkaran dan pengusiran paksa tidak boleh mengganggu masyarakat dan mata pencaharian keluarga,” pemerintah harus melindungi hak sosial dan ekonomi warganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *